Aku memandangi layar laptop yang menyala. Halamannya terbuka di Upwork, platform freelance yang selama ini hanya jadi wacana. Jantungku berdebar kencang, antara gugup dan penuh harapan.
Hari ini, aku resmi mengundurkan diri. Ini hari pertama kebebasanku, sekaligus hari pertama di mana aku tidak punya gaji tetap bulanan.
Dulu, aku selalu bermimpi jadi pengusaha, mengendalikan waktu, dan membangun sesuatu sendiri. Tapi mimpi itu selalu kalah oleh bayangan stabilitas pekerjaan kantoran. Rutinitas 9-ke-5 yang membosankan, kemacetan, dan tuntutan atasan, semuanya terasa lebih “aman” daripada terjun ke dunia yang serba tidak pasti.
Namun, di balik kenyamanan itu, aku merasa ada bagian dari diriku yang mati perlahan. Sampai suatu pagi, aku sadar bahwa ketakutan terbesarku bukan gagal, melainkan menyesal karena tidak pernah mencoba.
Hari Pertama di Jalur yang Berbeda
Aku menarik napas panjang. Profilku di Upwork sudah selesai. Aku membaca kembali kalimat-kalimat yang ku tulis, menjual keahlian yang selama ini hanya kuanggap biasa. “Apakah ada yang benar-benar membutuhkan jasaku?” tanyaku pada diriku sendiri.
Aku mulai menelusuri proyek yang tersedia. Ada begitu banyak tawaran, dari yang kecil hingga yang besar. Setiap kali aku klik tombol “Apply”, ada sedikit rasa cemas yang menyelinap. Bagaimana jika tidak ada yang membalas? Bagaimana jika ini keputusan terburuk dalam hidupku?
Tapi aku memutuskan untuk tidak membiarkan keraguan menguasai. Aku ingat alasan utamaku: ingin membangun masa depan, bukan hanya mengejar gaji.
Aku tahu ini tidak akan mudah. Mungkin aku akan menghadapi penolakan, mungkin aku akan kesulitan di awal. Tapi ada satu hal yang ku yakini, ini adalah langkah pertama menuju impian yang selama ini terkubur.
Aku tidak tahu apakah aku akan berhasil atau tidak. Yang aku tahu, hari ini adalah hari di mana aku berhenti bermimpi, dan mulai bertindak. Dengan setiap proposal yang ku kirim, aku merasakan secercah harapan. Ini bukan lagi tentang bertahan hidup, tapi tentang membangun kehidupan yang benar-benar aku inginkan.
Apakah aku akan berhasil? Aku tidak tahu jawabannya, tapi yang jelas, petualangan ini baru saja dimulai.
